Kamis, 22 Maret 2012

Novel 20-30an


Dibawah ini adalah beberapa judul dari Novel angkatan 1920-1930an. Ciri-Ciri dari Novel 20-30 an :
1.       Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
2.       Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan
3.       Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
4.       Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan oleh perselisihan dalam memilih nilai kehidupan
5.       Menggunakan kata-kata yang berlebihan (Pleonasme)
6.       Bahasa terkesan kaku dan statis tetapi santun
7.       Penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera
Judul Novel
Pengarang
Tahun Terbit
Azab dan Sengsara
Merari Siregar
1921
Muda Teruna
M. Kasim
1922
Siti Nurbaya
Marah Rusli
1922
Apa Dayaku karena Aku Perempuan
Nur  St. Iskandar
1922
Karam dalam Gelombang Percintaan
Kedjora
1922
Cinta yang Membawa Maut
Nursinah dan Abd. Ager
1926
Darah Muda
Adinegoro
1926
Pertemuan
A St. Pamuntjak
1927
Asmarajaya
Adinegoro
1927
Salah Pilih
Nur  St. Iskandar
1928
Jumpa Aceh
H.M. Zainuddin
1928
Salah Asuhan
Abdul Muis
1928
Sengsara Membawa Nikmat
Tulis St. Sati
1928
Emas Disangka Loyang
E. Joram
1928
Tak Putus Dirundung Malang
St. Takdir Alisyahbana
1929
Kasih Tak Terlerai
Suman H.S.
1929
Percobaan Setia
Suman H.S.
1931
Karena Mertua
Nur  St. Iskandar
1932
Memutuskan Pertalian
Tulis St. Sati
1932
Tidak Membalas Guna
Tulis St. Sati
1932
Tak Disangka
Tulis St. Sati
1932
Rusmala Dewi
Hardjosumarto dan Aman Dr. Madjoindo
1932
Dian yang Tak Kunjung Padam
St. Takdir Alisyahbana
1932
Anak Perawan di Sarang Penyamun
St. Takdir Alisyahbana
1932
Mencari Pencuri Anak Perawan
Suman H.S.
1932
Nasib
Habib St. Maharadja
1932
Anak Dapat
Ahmad Hatib
1932
Nurumalina
Or. Mandank
1932
Kintamani
Imam Supardi
1932
Kasih Ibu
Paulus Supit
1932
Kalau Tak Untung
Selasih
1933
Tuba Dibalas dengan Susu
Asmaradewi
1933
Pertemuan Jodoh
Abdul Muis
1933

Berikut salah satu Sinopsis Novel yang Berjudul Percobaan Setia
          Sejak kecil, Syamsudin telah menjadi anak yatim. Bapaknya meninggal sewaktu dia baru berumur 4 tahun, sementara ibunya menikah lagi sewaktu dia baru menginjak umur 8 tahun. Walaupun, hanya bapak tiri, namun Syamsudin diperlakukan seperti anak sendiri. Bapak tirinya sangat baik kepadanya.Mereka sekeluarga dibawa pindah menuju ke Teratak Buluh atas persetujuan bapak tiri Syamsudin. Di tempat baru itu, Syamsudin dididik oleh bapak tirinya beragama dan mengaji pada seorang guru agama.
          Setelah dewasa tepatnya ketika Syamsudin berumur 16 tahun, Syamsudin memohon agar diperkenankan oleh orang tuanya untuk pergi merantau ke negeri orang. Permintaannya itu dikabulkan oleh kedua orang tuanya. Dalam perantauannya, mula-mula Syamsudin begitu beruntung. Memang sebenarnya majikan dan sekaligus bapak angkatnya dimana dia mengabdi itu, sangatlah baik terhadapnya. Akan tetapi, seorang perempuan yang sama-sama bekerja di tempat itu ternyata menaruh hati kepada Syamsudin dan kemudian mengajaknya berbuat serong, yaitu memuaskan hawa nafsunya. Karena iman agamanya yang kuat, Syamsudin menolak ajakan itu.
          Akan tetapi, rupanya si perempuan, karena sakit hati pada Syamsudin karena ajakannya itu ditolak. Perempuan itu langsung memfitnah Syamsudin, bahwa Syamsudin yang mengajak perbuatan senonoh itu. Hal itu mengakibatkan Syamsudin dikeluarkan di tempat kerjaannya itu.
          Keluar dari tempat itu, berikutnya Syamsudin meneruskan perantauannya ke Malaka. Di Malaka ini, Syamsudin rupanya sangat beruntung. Majikannya sayang kepadannya. Dia sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Sekaligus, anak gadis si saudagar kaya majikannya itu ternyata menaruh hati pada Syamsudin dan hal tersebut memang sudah direncanakan oleh majikannya.
Oleh majikan dan sekaligus bapak angkatnya itu, Syamsudin akan segera dinikahkan dengan anak perawannya itu. Namun, sebelumnya, karena Syamsudin belum haji sedangkan si perawan itu sudah haji, maka pernikahan mereka ditunda dulu, sampai Syamsudin telah menunaikan ibadah haji. Kenapa demikian, sebab orang tua perempuan itu tidak mau bagaimana tanggapan orang-orang kampung di sekitar mereka nanti, kalau Syamsudin yang belum haji sampai menikah dengan perempuan yang suudah haji. Untuk itu, oleh majikan itu, Syamsudin dikirim ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Baru setelah pulang dari Haji, pernikahan tersebut akan dilaksanakan.
          Waktu Syamsudin hendak pulang dari Mekah, sewaktu dia sedang menunggu kapal di Piang yang akan membawanya ke Malaka. Dia berkenalan dengan seorang pemuda Pulau Piang yang bernama Abdul Fatah. Abdul Fatah yang kelihatannya kaya, jentlmen, serta baik itu ternyata mempunyai hati yang busuk. Dalam kepalanya telah tersusun rencana yang hendak mencelakakan Syamsudin agar dia dapat memperistri Salwiah. Dia mengabarkan kepada Syamsudin bahwa sepeninggalnya Syamsudin pergi ke Mekah, Salwiah telah menikah dengan orang lain. Namun kabar bohongan Abdul Fatah itu tidak percaya oleh Syamsudin.
          Karena gagal dengan rencana pertama, Abdul Fatah akan melaksanakan rencana kedua yaitu menabrak Syamsudin dengan mobil truk. Syamsudin sampai masuk rumah sakit dengan luka-luka yang cukup berat. Ketika Syamsudin masuk rumah sakit, Abdul Fatah membawa barang-barang Syamsudin ke Malaka, dan hendak diserahkan kepada orang tua Salwiah dengan membawa barang bukti itu, Abdul Fatah hendak meyakinkan orang tua Salwiah maupun Salwiah sendiri agar percaya akan kabar bohong itu yang hendak dia sampaikan , yaitu bahwa Syamsudin telah meninggal dunia. Dengan begitu, maka dia akan melamar Salwiah dan menikah dengan Salwiah.
          Hampir saja tipu muslihat Abdul Fatah itu berhasil. Namun, disaat kritis itu, tiba-tiba muncul seseorang, yang bernama Haji Djamin. Haji Djamin adalah seorang teman Syamsuddin yang berangkat bersama ke Mekkah. Waktu dia pulang, dia mendengar kabar bahwa Syamsuddin telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Dia hampir percaya dengan kabar angin itu. Akan tetapi untung, dari salah seorang di tempatnya menginap di pulau Piang, mengabarkan bahwa Syamsuddin belum meninggal dunia tapi berbaring di rumah sakit karena kecelakaan ditabrak oleh truk.
          Setelah dicek oleh Haji Djamin ke rumah sakit, ternyata betul bahwa Syamsuddin belum meninggal dunia dan dari hasil pembicaraannya dengan Syamsuddin, dia mengetahui asal- usul perkarannya. Setelah dia mengetahui hal tersebut, dia pun segera pulang menuju ke Malaka, maka pada saat yang kritis itu , tertangkaplah Abdul Fatah di rumah Hajjah Salwiah tepatnya saat itu Abdul Fatah hendak menyerahkan barang bukti milik Syamsuddin itu. Akibat perbuatan itu, Abdul Fatah dihukum masuk penjara selama 6 tahun. Setelah Syamsuddin sembuh, dia pun pulang menuju ke Malaka dan menikah dengan Hajjah Salwiah.

0 Komentar:

Posting Komentar