Dibawah ini adalah beberapa judul dari Novel angkatan
1920-1930an. Ciri-Ciri dari Novel 20-30 an :
1.
Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
2.
Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama
dalam soal perkawinan
3.
Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga
meninggal dunia
4.
Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan
disebabkan oleh perselisihan dalam memilih nilai kehidupan
5.
Menggunakan kata-kata yang berlebihan
(Pleonasme)
6.
Bahasa terkesan kaku dan statis tetapi santun
7.
Penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau
Sumatera
Judul Novel
|
Pengarang
|
Tahun Terbit
|
Azab dan Sengsara
|
Merari Siregar
|
1921
|
Muda Teruna
|
M. Kasim
|
1922
|
Siti Nurbaya
|
Marah Rusli
|
1922
|
Apa Dayaku karena Aku Perempuan
|
Nur St. Iskandar
|
1922
|
Karam dalam Gelombang Percintaan
|
Kedjora
|
1922
|
Cinta yang Membawa Maut
|
Nursinah dan Abd. Ager
|
1926
|
Darah Muda
|
Adinegoro
|
1926
|
Pertemuan
|
A St. Pamuntjak
|
1927
|
Asmarajaya
|
Adinegoro
|
1927
|
Salah Pilih
|
Nur St. Iskandar
|
1928
|
Jumpa Aceh
|
H.M. Zainuddin
|
1928
|
Salah Asuhan
|
Abdul Muis
|
1928
|
Sengsara Membawa Nikmat
|
Tulis St. Sati
|
1928
|
Emas Disangka Loyang
|
E. Joram
|
1928
|
Tak Putus Dirundung Malang
|
St. Takdir Alisyahbana
|
1929
|
Kasih Tak Terlerai
|
Suman H.S.
|
1929
|
Percobaan Setia
|
Suman H.S.
|
1931
|
Karena Mertua
|
Nur St. Iskandar
|
1932
|
Memutuskan Pertalian
|
Tulis St. Sati
|
1932
|
Tidak Membalas Guna
|
Tulis St. Sati
|
1932
|
Tak Disangka
|
Tulis St. Sati
|
1932
|
Rusmala Dewi
|
Hardjosumarto dan Aman Dr. Madjoindo
|
1932
|
Dian yang Tak Kunjung Padam
|
St. Takdir Alisyahbana
|
1932
|
Anak Perawan di Sarang Penyamun
|
St. Takdir Alisyahbana
|
1932
|
Mencari Pencuri Anak Perawan
|
Suman H.S.
|
1932
|
Nasib
|
Habib St. Maharadja
|
1932
|
Anak Dapat
|
Ahmad Hatib
|
1932
|
Nurumalina
|
Or. Mandank
|
1932
|
Kintamani
|
Imam Supardi
|
1932
|
Kasih Ibu
|
Paulus Supit
|
1932
|
Kalau Tak Untung
|
Selasih
|
1933
|
Tuba Dibalas dengan Susu
|
Asmaradewi
|
1933
|
Pertemuan Jodoh
|
Abdul Muis
|
1933
|
Berikut salah satu Sinopsis Novel yang Berjudul Percobaan
Setia
Sejak kecil, Syamsudin telah menjadi
anak yatim. Bapaknya meninggal sewaktu dia baru berumur 4 tahun, sementara
ibunya menikah lagi sewaktu dia baru menginjak umur 8 tahun. Walaupun, hanya
bapak tiri, namun Syamsudin diperlakukan seperti anak sendiri. Bapak tirinya sangat
baik kepadanya.Mereka sekeluarga dibawa pindah menuju ke Teratak Buluh atas
persetujuan bapak tiri Syamsudin. Di tempat baru itu, Syamsudin dididik oleh
bapak tirinya beragama dan mengaji pada seorang guru agama.
Setelah dewasa tepatnya ketika Syamsudin berumur 16 tahun, Syamsudin
memohon agar diperkenankan oleh orang tuanya untuk pergi merantau ke negeri
orang. Permintaannya itu dikabulkan oleh kedua orang tuanya. Dalam
perantauannya, mula-mula Syamsudin begitu beruntung. Memang sebenarnya majikan
dan sekaligus bapak angkatnya dimana dia mengabdi itu, sangatlah baik
terhadapnya. Akan tetapi, seorang perempuan yang sama-sama bekerja di tempat
itu ternyata menaruh hati kepada Syamsudin dan kemudian mengajaknya berbuat
serong, yaitu memuaskan hawa nafsunya. Karena iman agamanya yang kuat,
Syamsudin menolak ajakan itu.
Akan tetapi, rupanya si perempuan,
karena sakit hati pada Syamsudin karena ajakannya itu ditolak. Perempuan itu
langsung memfitnah Syamsudin, bahwa Syamsudin yang mengajak perbuatan senonoh
itu. Hal itu mengakibatkan Syamsudin dikeluarkan di tempat kerjaannya itu.
Keluar dari tempat itu, berikutnya
Syamsudin meneruskan perantauannya ke Malaka. Di Malaka ini, Syamsudin rupanya
sangat beruntung. Majikannya sayang kepadannya. Dia sudah dianggap sebagai
anaknya sendiri. Sekaligus, anak gadis si saudagar kaya majikannya itu ternyata
menaruh hati pada Syamsudin dan hal tersebut memang sudah direncanakan oleh
majikannya.
Oleh majikan dan sekaligus bapak angkatnya itu,
Syamsudin akan segera dinikahkan dengan anak perawannya itu. Namun, sebelumnya,
karena Syamsudin belum haji sedangkan si perawan itu sudah haji, maka
pernikahan mereka ditunda dulu, sampai Syamsudin telah menunaikan ibadah haji.
Kenapa demikian, sebab orang tua perempuan itu tidak mau bagaimana tanggapan
orang-orang kampung di sekitar mereka nanti, kalau Syamsudin yang belum haji
sampai menikah dengan perempuan yang suudah haji. Untuk itu, oleh majikan itu,
Syamsudin dikirim ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Baru setelah
pulang dari Haji, pernikahan tersebut akan dilaksanakan.
Waktu Syamsudin hendak pulang dari Mekah, sewaktu dia
sedang menunggu kapal di Piang yang akan membawanya ke Malaka. Dia berkenalan
dengan seorang pemuda Pulau Piang yang bernama Abdul Fatah. Abdul Fatah yang
kelihatannya kaya, jentlmen, serta baik itu ternyata mempunyai hati yang busuk.
Dalam kepalanya telah tersusun rencana yang hendak mencelakakan Syamsudin agar
dia dapat memperistri Salwiah. Dia mengabarkan kepada Syamsudin bahwa
sepeninggalnya Syamsudin pergi ke Mekah, Salwiah telah menikah dengan orang lain.
Namun kabar bohongan Abdul Fatah itu tidak percaya oleh Syamsudin.
Karena gagal dengan rencana pertama,
Abdul Fatah akan melaksanakan rencana kedua yaitu menabrak Syamsudin dengan
mobil truk. Syamsudin sampai masuk rumah sakit dengan luka-luka yang cukup
berat. Ketika Syamsudin masuk rumah sakit, Abdul Fatah membawa barang-barang
Syamsudin ke Malaka, dan hendak diserahkan kepada orang tua Salwiah dengan
membawa barang bukti itu, Abdul Fatah hendak meyakinkan orang tua Salwiah
maupun Salwiah sendiri agar percaya akan kabar bohong itu yang hendak dia
sampaikan , yaitu bahwa Syamsudin telah meninggal dunia. Dengan begitu, maka
dia akan melamar Salwiah dan menikah dengan Salwiah.
Hampir saja tipu muslihat Abdul Fatah
itu berhasil. Namun, disaat kritis itu, tiba-tiba muncul seseorang, yang
bernama Haji Djamin. Haji Djamin adalah seorang teman Syamsuddin yang berangkat
bersama ke Mekkah. Waktu dia pulang, dia mendengar kabar bahwa Syamsuddin telah
meninggal dunia akibat kecelakaan. Dia hampir percaya dengan kabar angin itu.
Akan tetapi untung, dari salah seorang di tempatnya menginap di pulau Piang,
mengabarkan bahwa Syamsuddin belum meninggal dunia tapi berbaring di rumah
sakit karena kecelakaan ditabrak oleh truk.
Setelah dicek oleh Haji Djamin ke
rumah sakit, ternyata betul bahwa Syamsuddin belum meninggal dunia dan dari
hasil pembicaraannya dengan Syamsuddin, dia mengetahui asal- usul perkarannya.
Setelah dia mengetahui hal tersebut, dia pun segera pulang menuju ke Malaka,
maka pada saat yang kritis itu , tertangkaplah Abdul Fatah di rumah Hajjah
Salwiah tepatnya saat itu Abdul Fatah hendak menyerahkan barang bukti milik
Syamsuddin itu. Akibat perbuatan itu, Abdul Fatah dihukum masuk penjara selama
6 tahun. Setelah Syamsuddin
sembuh, dia pun pulang menuju ke Malaka dan menikah dengan Hajjah Salwiah.